Seputardesanews.com
Cianjur, Kabid Budidaya Perikanan, Dinas Peternakan Kesehatan Hewan dan Perikanan Kabupaten Cianjur, Erwin Syafrudin S.Pi yang didampingi H.Wawan Setiawan, meninjau salah satu penerima mamfaat program alih pungsi usaha bagi pembudidaya ikan Keramba Jaring Apung (KJA) yang terkena dampak penertiban di area Waduk Cirata, tepatnya di perairan Jangari, Kecamatan Mande.
Menurutnya, model budidaya ikan yang dipilih berupa model Bioflok. Dimana Bioflok berasal dari kata bios yang artinya “kehidupan” dan flok “gumpalan”. Jadi bioflok adalah kumpulan dari berbagai organisme (bakteri, jamur, algae, protozoa, cacing dan lain lain yang tergabung dalam gumpalan (floc) (Suprapto dan Legian, 2013). Bioflok dapat terbentuk jika ada 4 komponen yaitu sumber karbon, bahan organik dari sisa pakan dan kotoran ikan, bakteri pengurai dan ketersediaan oksigen. Terbentuknya bioflok terjadi melalui pengadukan bahan organik oleh aerasi supaya terlarut dalam kolom air untuk merangsang perkembangan bakteri heterotrof aerobakik (kondisi cukup oksigen) menempel pada partikel organik, menguraikan bahan organik (mengambil C-organik), selanjutnya menyerap mineral seperti ammonia, fosfat dan nutrient lain dalam air. Sehingga bakteri yang menguntungkan akan berkembang biak dengan baik. Bakteri-bakteri ini akan membentuk konsorsium dan terjadi pembentukan flok. Hasilnya kualitas air menjadi lebih baik dan bahan organik didaur ulang menjadi flok yang dapat dimakan oleh ikan.
“Sementara perkembangan KJA yang tidak terkendali menimbulkan permasalahan pada ekosistem dan lingkungan waduk. Penumpukan sisa pakan di dasar waduk dan limbah lainnya selain menyebabkan sedimentasi juga berakibat tercemarnya air waduk.” Ujar Erwin.
Disebutkannya juga, Dnas Peternakan Kesehatan Hewan dan Perikanan Kabupaten Cianjur sudah menerapkan sitem pembudidayaan ikan dengan teknologi Bioflok sejak tahun 2020 yang bersumber dari APBN Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, dengan sasaran penerimanya adalah para pembudidaya ikan air tawar di wilayah kabupaten cianjur.
Dalam pelaksanaan penerapan teknologi budidaya sistem bioflok di Kabupaten Cianjur memiliki harapan besar terhadap perkembangan Sistem Bioflok ini dengan tujuan dapat menghemat penggunaan pakan buatan,
“Mudah dalam pemeliharaan dan mudah pula dalam pemasaran hasilnya, selain dapat menjadikan penguatan ketahanan pangan, ketersediaan gizi di Masyarakat sekaligus meningkatkan pendapatan para pembudidaya ikan air tawar,” ujar Erwin.
Diakui pula, H Angga salah satu pembudidaya ikan Keramba Jaring Apung (KJA) yang dengan sukarela membongkar dan memindahkan usaha budidaya ikannya ke darat dengan pembinaan dan penyuluhan langsung oleh Dinas Peternakan Kesehatan Hewan dan Perikanan Kabupaten Cianjur melalui Bidang Budidaya Perikanan.
Dinas Peternakan Kesehatan Hewan dan Perikanan Kabupaten Cianjur sudah menerapkan sitem pembudidayaan ikan dengan teknologi Bioflok sejak tahun 2020 dengan bantuan pemerintah.
Menurut H. Angga, masyarakat pembudidaya ikan di Kabupaten Cianjur sudah Cukup lama memperoleh informasi teknologi Bioflok dan sudah dapat menerapkannya secara swadaya dengan hasil yang cukup memuaskan.
“Dalam pelaksanaan penerapan teknologi budidaya sistem bioflok di Kabupaten Cianjur memiliki harapan besar terhadap perkembangan Sistem Bioflok ini dengan tujuan dapat menghemat penggunaan pakan buatan, dan saya ucapkan terimakasih kepada semua pihak dan Bapak Bupati Cianjur H. Herman Suherman atas perhatiannnya kepada para petani ikan,” ujar H. Angga.**