SeputarDesaNews.Com_Cianjur . R.A.A. Prawiradirdja II Bupati Cianjur (1862-1910) terkagum kagum ketika melihat debur ombak pantai Sindangbarang, ia ingin mengabadikan keindahan itu lewat tembang Mamaos. Maka dipanggilah Rd. Etje Madjid, dari tangan sang maestro Mamaos inilah lalu tercipta tembang Mamaos berjudul ” Guguritan Laut Kidul” yang abadi hingga kini.
Keindahan Cianjur tidak hanya di Sindangbarang namun diseluruh Cianjur dan diakui penjajah Belanda. Dan seandainya saat itu gunung Gede tidak meletus serta gempa dahsyat tidak meluluh lantakkan Cianjur mungkin saja perpindahan ibu kota Kresidenan Priangan terus ditunda, namun akhirnya tanggal 7 Agustus 1864 Gubernur Jenderal Sloet Van De Beel menyatakan setuju ibu kota Priangan pindah dari Cianjur ke Bandung.
Maka wajar saja bila kini keindahan Cianjur dibangun kembali, dipercantik seperti pembangunan pedistrian Siliwangi dari bunderan Mesjid Agung kini sudah mencapai Bale Rancage.Tempat “niis” dan swafoto ini pada sore hari selalu dipadati pengunjung. Ide penataan kota dari Bupati Cianjur H. Herman Suherman ini dipercayakan penataannya kepada Seniman asli Cianjur Adam Jabbar dan perupa Edi Dolan ” Saya tekankan kepada mereka (Adam Kabar dkk) agar mengabadikan ciri khas dan sejarah Cianjur sebagai patokan mendesign pedistrian, ” Ujar Bupati ketika launching pedistrian Siliwangi beberapa bulan lalu.
Pedistrian Siliwangi hanyalah salah satu dari beberapa perencanaan kota yang tetap berakar dari seni dan tradisi Cianjur. *
